Anna datang dengan nafas
tersengal2, terburu2 karena 20 menit lagi dia sudah harus pergi ke
John Robert Power untuk mengikuti les kepribadian. Belum sempat dia
mengambil apel Australia kesukaannya, ibunya sudah menyambutnya
dengan senyum.
"Anna, makan dulu
sana, mama sudah siapin bandeng presto buat kamu.., tuh kebetulan
mumpung masih anget"
"Mah, nggak
keburu....Anna musti nyampe di John Robert Power secepatnya, makasih
ya Mah"
"Aduh anak mama ini,
cuci muka dulu sana biar seger, rambutnya diiket yang rapi, pake
lipstik, dan ganti baju yang bagus, kamu kan mau kursus kepribadian,
musti kamu tunjukkan kalau kamu sudah punya kepribadian yang baik."
"Ya mah.....!!!!"
Anna buru2 ke kamarnya,
sebuah kamar yang tidak terlalu ruas tetapi tertata sangat rapi,
disana sini berjejeran piala dan penghargaan atas semua prestasinya
selama ini. Kamar itu dicat warna biru, warna kesukaannya. Dia sangat
cinta pada ibunya, memang cerewet tapi Anna tahu bahwa itu semua demi
kebaikan Anna sendiri. Setelah cuci muka, langsung dia ganti baju,
sekenanya dia ambil baju di dalam lemari warna pink itu. Segera dia
turun dan mencium ibunya. "Mah, Anna pergi dulu ya..."
"Lho, mana
lipstiknya...koq nggak kelihatan merah...?"
"Nggak sempet Mah,
tuh liat, tinggal 10 menit lagi.." Anna memang paling tidak suka
memakai lipstik dan alat2 kecantikan yang lain, tapi dia kasihan
kalau bilang terus terang sama mamanya.
"Ya sudah, ati2
ya..., belajar yang bener..."
"Makasih Mah,
Assalamu alaykum"
Anna segera melesat naik
menuju mobil BMW warna biru metalik yang sejak dari tadi menunggunya.
Mang Udin sopir pribadinya sudah dari tadi ngetem di garasi. Bu
Ratih, ibunya Anna, geleng2 kepala. Dia bangga sekali punya anak
gadis seperti Anna, seorang gadis yang sangat aktif dan sangat
pandai, tidak suka macam2, dan yang lebih membuat bangga lagi anak
gadisnya itu cantik sekali yang mengingatkan Bu Ratih akan masa
mudanya dulu. Banyak sekali pemuda yang mengiba cintanya, dan sering
dia berkaca untuk melihat sisa2 kecantikannya yang rupanya telah
banyak berpindah ke anaknya, si Anna. Kadang bahkan dia iri akan
kecantikan anaknya itu, pipinya yang merah muda kalau tersentuh sinar
mentari, bibirnya yang kemerahan disertai dengan senyumnya yang
manis, rambutnya yang legam, wajahnya ayu, segalanya dipunyai Anna.
Sampai didepan John Robert
Power, Anna segera membuka pintu mobil dan langsung menghambur menuju
ruang kelas. Gedubraakkkkkk....!!!!! Anna menabrak seorang pemuda
yang sedang ngecat pintu masuk, bak berisi cat itupun ngga karu2an
mewarnai t-shirt lusuh yang dipakai pemuda itu, belum lagi tumpahan
yang berserakan di lantai.
"Astaghfirullah,
maaf, maaf, maaf, maaf sumpah saya nggak sengaja, maaf ya
Mas..!!!!, saya terburu2
karena les saya sebentar lagi mulai"
"Bukan salahnya Nona
koq, salahnya saya yang nggak kasih peringatan, lagian
pintunya belum diajari
ngomong, jadi dia tidak tahu musti ngomong apa ketika
Nona mau buka pintu...,
jadi atas nama pintu dan saya meminta maaf "
Pemuda itu bukannya malah
marah, tetapi tersenyum dan malah dengan nada
bercanda meminta maaf.
"Perlu saya ganti
berapa Mas atas cat sama t-shirtnya Mas yang rusak gara2 saya, maaf
sekali lagi. Ini kartu nama saya dan Mas telpon saya ya, ntar saya
datang ke tempatnya Mas untuk mbayar ganti kerugian, maaf saya musti
pergi sekarang karena sudah hampir mulai"
Pemuda itu bengong,
kejadiannya berlalu begitu cepat, sekarang dia tak tahu harus berbuat
apa selain harus segera membersihkan semua tumpahan cat sebelum orang
lain tahu kalau dia telah menumpahkan cat, yah...gadis itu yang
menumpahkannya tapi atas kesalahan dia.
Kriiiiiiiiinggggggggg............
"Non Anna, telpon
dari Den Ivan...!!!!!" suara Mbok Rumi dari kamar tamu.
"Ya Mbok, terima
kasih ya.."
Mbok Rumi tersenyum,
sungguh dia begitu senang bekerja di keluarga itu, dia diperlakukan
sangat manusiawi, tidak seperti teman2nya pembantu yang lain. Si
Denok, teman mainnya sejak kecil yang ikut merantau ke Jakarta,
sering dimarahi sama majikannya, sering dibentak2, itupun setiap
bulannya gajinya sering ditunda2.
"Sayang, ntar malem
pergi ke Hard Rock Cafe yuk...?" jauh dari telepon suara van,
pacar si Anna.
"Mmmmhhh, bukannya
aku nggak mau, tapi aku capek sekali, lain kali aja ya..."
Anna merasa seluruh
tubuhnya meriang, suhu tubuhnya naik, matanya mulai berkunang2. Burn
out....
"Tapi sayang, kamu
dateng dong....soalnya aku udah janjian ngenalin kamu ama temen2ku,
aku kan malu kalau kamu nggak dateng." Praakkkk.....suara telpon
jatuh, Anna pingsan dan terjatuh di lantai.
Keesokan harinya Anna
terbangun dan mendapati dirinya sedang di rumah sakit, ada papa dan
mama, dan ada satu lagi pemuda kusut yang langsung tersenyum ketika
mata Anna menoleh ke dia. Senyum pemuda itu, oh senyum yang begitu
damai, memang penampilannya kumal tapi Anna tidak tahu kenapa dia
merasa dalam hatinya bahwa pemuda ini bukanlah orang yang jahat.Oh
ya, Anna lambat laun ingat, ini adalah pemuda yang kemarin ditumpahin
cat, yang baju dan celananya amburadul karena cat itu belepotan di
seluruh tubuhnya. Tapi Anna tak begitu peduli, pemuda ini masih orang
asing bagi dia.
"Mah, kenapa Anna di
sini...?" Anna mulai membuka pembicaraan dengan mamanya
"Kamu kecapaian
sayang, dan kamu kemarin bertengkar dengan Ivan, mungkin kamu terlalu
memikirkannya."
"Trus dimana Ivan..?"
"Dia tidak mau
kemari, dia masih marah sama kamu barangkali.."
"Oh ya, Mas ini
katanya punya urusan sama kamu, dia tadi malem telpon tapi kamu sudah
di rumah sakit, jadi mama suruh saja datang ke rumah sakit."
Anna segera menoleh ke
pemuda lusuh itu.
"Maaf ya Mas, berapa
harus saya ganti atas kesalahan saya kemarin..?"
"Itu bukan kesalahan
kamu koq, saya datang ke sini justru untuk meminta maaf karena
kejadian kemarin, dan ingin menjenguk kamu semoga kamu cepet sembuh"
"Tapi Mas, biarlah
saya ganti kerugian kemarin, tidak apa2 koq"
"Terima kasih sekali,
tapi memang benar saya tidak dirugikan, saya malah bersyukur bisa
kenal sama kamu dan keluargamu, ini ada buku kecil untuk kamu baca
selama di sini."
Veronika decides to
die.........*, sekilas Anna melihat judul buku kecil itu, pikiran
Anna sudah macam2, wong baru sakit begitu saja koq sudah dikasih buku
tentang kematian, wah kurang ajar juga pemuda ini. Tapi dia tidak
berani bilang, jangan2 .......
"Terima kasih ya Mas"
"Semoga cepet sembuh
ya, jangan lupa berdoa pada Allah, saya pergi dulu, saya ada kuliah
sebentar lagi, Assalamu alaykum" Pemuda itu ngeloyor pergi
dengan senyumnya............................
Anna merasa bosan sekali,
sudah sehari semalam dia di rumah sakit. Tidak ada yang
memperhatikannya sama sekali kecuali mama dan papanya. Ivan memang
benar2 marah karena kejadian malam itu, buktinya sampai sekarang sama
sekali belum ada telpon dari dia. Dia teringat pada buku kecil yang
dikasih pemuda lusuh itu tadi pagi, perlahan dia membukanya...
Veronika, .....seorang
gadis yang punya segalanya, gadis kaya raya dan cantik, gadis pujaan
para pemuda, tapi suatu saat dia bosan dengan semuanya itu, karena
semua itu tidak membahagiakan dia, batinnya masih kosong........
"Bagus juga buku ini"
pikir Anna, dia merasa disindir, walau tidak semua dalam buku ini
cocok dengan situasinya, batinnya tidak kosong seperti Veronika, dan
dia tidak ingin mati seperti Veronika, Anna masih ingin banyak
berbuat bagi manusia dam kemanusiaannya di dunia ini, tapi ada
beberapa yang membuat dia berpikir semalaman. Mengapa pemuda itu
begitu perhatian dengan Anna, di saat pacarnya sendiripun tidak
perhatian dengan dia..?. Mengapa senyum pemuda itu begitu damai
dirasakannya, mengapa.....
Anna telah jatuh cinta,
tanpa alasan mungkin. Karena pemuda itu sama sekali tidak ganteng,
pemuda itu lusuh, pemuda itu ya dia adalah pemuda biasa.Tapi caranya
memperlakukan wanita, cara dia bicara, cara dia
tersenyum........belum sempat dia menyelesaikan lamunannya HP-nya
berbunyi............
"Assalamu alaykum
Anna.."
"Waalaykum salam,
dengan siapa ya...?Anna bingung, suara orang yang tak dikenalnya di
ujung sana, rupanya di telepon umum atau di wartel karena latar
belakang suaranya ribut seperti kendaran bermotor dan orang bincang2.
"Dengan pemujamu, aku
Iman yang tadi ngasih kamu buku"
"Oh Mas ya...."
"Udah baikan...?'
"Alhamdulillah,
anyway thanks bukunya ya..."
"Sama2,
mmmmhhhhh....aku mau ngomong sesuatu semoga kamu nggak marah...."
"Ngomong apa Mas..?"
"Aku telah jatuh
cinta denganmu, aku tahu aku bukan siapa2, aku sudah cukup berbahagia
bertemu kamu, syukur jika engkau terima, jika tidakpun aku bisa
menerima"
Seperti petir menyambar
ubun2 Anna, lidahnya seperti tertekuk2, tak tahu harus bicara
apa.....Anna pingsan lagi.....
Dalam pingsannya, Anna
duduk berdua dengan pemuda itu di taman penuh bunga2 musim semi,
berlatar belakang kincir angin.....................tidak ada siapapun
di sana kecuali mereka berdua.............
* sebuah roman karangan
Paulo Coelho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Thanx 4 comment